Silahkan cari

Selasa, 30 April 2013

Tuan Rumah Piala Dunia 2022 Bukan Mimpi

"Temen-temen blogger, tulisan ini saya ambil dari group di FB (PSSI TANDINGAN 2010-2014). Tulisan ini dibuat oleh Ian Alon Rajagukguk (postingan beliau)."


Siklus terpilihnya sebuah negara ditunjuk menjadi tuan rumah World Cup, selalu berputar setiap 30 tahun. Indonesia, yang mendaftarkan diri, nyaris 100% akan terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, jika siklus FIFA konsisten dipakai sebagai pakem. Jika, pemerintah Indonesia, tidak mengeluarkan sehelai surat jaminan sampai Mei 2010 ini, maka Indonesia akan menunggu 42 tahun lagi. Itu pun, pasti akan semakin riuh gebyar kompetisinya dengan negara-negara yang 42 tahun ke depan, lebih siap sebagai tuan rumah ketimbang Indonesia yang mensia-siakan peluang super BERLIAN ini (bukan emas lagi).

Saya sebagai pencinta bola, dalam posisi tidak memihak kepada PSSI, apalagi selama masih ada Nurdin Halid dan kawan-kawan. Namun, saya mencoba memberi pencerahan kepada PSSI (mudah-mudahan ada pergantian secepatnya, seperti yang diisyaratkan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono).

Pilihannya, sepertinya harus fifty-fyfty, PSSI di rezim Nurdin Halid memiliki peluang saat mengajukan tuan rumah World Cup 2022, jika mendapat restu dari Presiden RI, karena terkait dengan tujuh menterinya yang siap mengakomodir semua keperluan sebagai tuan rumah, seperti Menteri PU, Perhubungan, Luar Negeri, Pariwisata, Pemuda - Olahraga, Pendidikan dan Kesehatan dan juga 3 Menko-nya.

Sebaliknya, di saat yang tepat, sepertinya SBY memiliki feeling yang kuat dalam melihat peluang Indonesia sebagai tuan rumah Wolrd Cup 2022 (terbukti PWI Pusat, KONI Pusat dan Menegpora diberi kesempatan bersilahturami dengan komunitas sepak bola Indonesia untuk membuat sarasehan, 23 Maret 2010 nanti di kota Malang), dengan catatan ada pergantian yang elegan di kepengurusan PSSI saat ini.

Jika analisis ini benar, maka rezim Nurdin Halid memang harus keluar dari PSSI, dan setalah itu pihak Pemerintah menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah (belum terlambat, sampai 14 Mei 2010). Sehingga, dalam persiapan ke depannya dalam menyambut Woirld Cup 2022, tidak lagi dipengaruhi pro dan kontra situasi yang sudah super bobrok di PSSI. Dan, otomatis pengurus PSSI yang baru, benar-benar membuka lembaran pembinaan, kompetisi dan prestasinya sudah dimulai dari NOL Besar, hingga merangkak menjadi satu, dua, tiga langkah ke depan secara bersih, benar dan rapi dalam manajemen organisasi sepak bola nasional ini.

Mari kita hitung siklus tuan rumah World Cup berikut ini : Ketika tahun 2014, Brasil ditunjuk menjadi HOST, maka aturan FIFA, Negara seperti Meksiko dan USA (satu benua) peluangnya sangat kecil untuk tahun 2022. Negara Qatar, dengan jumlah penduduk dan wilayah kecil, serta suhu yang sangat tinggi pada Juni 2022, semakin memperkecil peluangnya memilih negara Asia Tengah ini. Sedangkan tahun 2018, sepertinya hanya milik anggota UEFA, dan Inggris merupakan calon terkuat sesuai aturan FIFA, otomatis calon negara Eropa lainnya, akan gugur dalam memperebutkan jatah di tahun 2022. Mereka ini adalah: duet Spanyol-Portugal, duet Belanda-Belgia, dan Rusia.

Dengan demikian tahun 2022, hanya milik negara anggota AFC, yaitu Jepang dan Korea dipastikan tak mungkin terpilih dan hanya berpeluang kecil dari Asia, karena pernah menjadi tuan rumah bersama tahun 2002. Sesuai motto FIFA “For the Game, For the World”. Sedangkan, tetangga kita - Australia, selain sepak bola belum terlalu populer, juga memliki suhu rendah pada saat Juni – Juli 2022 (musim dingan), ini juga berpeluang sangat kecil bisa dipilih FIFA.

Prasyarat FIFA proses Bidding
Time Line BIDDING PROCESS

a) 02 Februari 2009 : Batas waktu pengiriman pengajuan Tuan Rumah PIALA DUNIA 2022
b) 16 Februari 2009 : FIFA mengirimkan form pengajuan tuan rumah kepada asosiasi negara yang sudah mengajukan.
c) 16 Maret 2009 : Batas waktu pengiriman form yang telah terisi (dilampiri: dokumen pelengkap sesuai permintaan FIFA) kepada FIFA.
d) April 2009 : Pendistribusian bidding agreement (perjanjian penawaran), hosting agreement (perjanjian penyelenggaraan) dan dokumen lainnya dari FIFA.
e) 11 Desember 2009 : Batas waktu pengiriman bidding agreement yang telah ditandatangani.
f) 14 Mei 2010 : Verifikasi dokumen penawaran oleh FIFA, penandatanganan persetujuan tuan rumah dan dokumen lainnya.
g) 20 Desember 2010 : Penetapan tuan rumah PIALA DUNIA 2018 & 2022

Sampai proses jadwal bidding ini, Indonesia masih belum gugur dalam melakukan prasyarat yang diinginkan FIFA.

Dukungan Internasional
Presiden FIFA Joseph Sepp Blatter “Indonesia bisa jadi contoh. Negara yang besar, memiliki 230 juta penduduk, fanatik terhadap sepak bola, serius mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Fantastis!” (Swiss, 24 Agustus 2009).

Presiden AFC dan Anggota Exco FIFA - M. Hammam Abdulla tetap berkomitmen memperjuangkan Indonesia dalam persaingan perebutan tuan rumah Piala Dunia 2022. (Kuala Lumpur, 7 Mei 2009).

Dukungan masyarakat AFSEL dan mancanegara saat MSBI mengkampanyekan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 di Piala Konfederasi AFSEL Juni 2009

Presiden CONMEBOL dan Anggota Exco FIFA, Leoz Nicolas bersimpati dan berjanji mendukung pengajuan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, karena memiliki sejarah sepak bola yang panjang. Serta menyebarluaskan ke seluruh anggota Conmebol, dan melobi Anggota Exco FIFA lainnya yang berasal dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Presiden FIFA Joseph S. Blatter dan wakil presiden senior FIFA Julio H. Grondona (Asuncion-Paraguay, 8 Sep 2009

HOST COUNTRY untuk WORLD CUP ditentukan oleh EXECUTIVE COMMITTEE FIFA melalui suatu SINGLE TRANSFERABLE VOTE SYSTEM dalam proses BIDDING

Perhitungan dukungan suara yang sudah dilakukan FIFA World Cup 2022
Indonesia (14 suara), USA (3), Australia (2), Jepang (1), Kores Selatan (1), Qatar (0), Tak Memilih/absen (3)

Sepp Blatter, Switzerland (age 73)
Mercurial, controversial ... but the FIFA President has the ultimate power over Member of AFC’s bid to stage the 2022 World Cup. Possible vote: Indonesia
Michel Platini, France (54)
UEFA President and regular critic of Barclays Premier League’s riches. Knows the premium value of a World Cup in England, though, and might give his blessing. Possible vote: unknown
Julio Humberto Grondona, Argentina (78)
South American football grandee, 30 years as president of the Argentine association, Blatter’s senior vice-president. Possible vote: Indonesia
Reynald Temarii, Tahiti (42)
President of OFC. The vote of the new Fifa vice-president could be up for grabs. Possible vote: Australia
Chung Mong Joon, South Korea (58)
Businessman and politician. Fifa vice-president keen on football philanthropy, so might be impressed by the FA’s global charity work. Possible vote: Korea
Geoff Thompson, England (64)
Former FA chairman, now a 2018 bid board member and a Fifa vice-president. A canny politician behind the closed doors of football’s ruling elite. Possible vote: Australia
Issa Hayatou, Cameroon (63)
Nineteen-year term on Fifa executive and key official in African football circles as the President of CAF. Will want FA to keep pushing its programme of football aid in Africa. Possible vote: Indonesia
Michel D’Hooghe, Belgium (63)
President of Club Bruges, he could be swayed if the bid from Belgium-Netherlands drops out in the first round. Possible vote: Indonesia
Jack Warner, Trinidad & Tobago (66)
Infamous Fifa vice-president and powerful President of CONCACAF angered by bad publicity in England. Possible vote: USA
Ricardo Terra Teixeira, Brazil (62)
The president of the Brazilian confederation is likely to want Portugal to inherit from Brazil four years on. Possible vote: Indonesia
Ángel María Villar Llona, Spain (59)
President of the Spanish FA, so has his mind made up. If that bid fails at first hurdle, might favour England. Possible vote: unknown
Mohamed bin Hammam, Qatar (60)
President of AFC Powerful voice, leading growth of Asian football. England on alert that he will be looking for support for Indonesia for 2022. Possible vote: Indonesia
Senes Erzik, Turkey (age 67)
Honorary president of the Turkish FA, with fond memories of Euro ’96 in England. One for England to convince. Possible vote: Indonesia
Marios Lefkaritis, Cyprus (62)
Business entrepeneur and honorary president of Cypriot FA with a passion for football. No allegiances, so ready to be persuaded by bid candidates. Possible vote: unknown
Chuck Blazer, United States (64)
General secretary of Concacaf, of which Jack Warner is president, so will need wooing away from Warner’s anti-England position. Possible vote: USA
Jacques Anouma, Ivory Coast (57)
President of Ivorian FA who could bring an open mind to voting. Could go with an African bloc vote, though, which might favour England. Possible vote: Indonesia
Worawi Makudi, Thailand (57)
Has served 12 years on Fifa executive and, as general secretary of Thai FA, could be swayed towards Japan’s case to support his region. Possible vote: Indonesia
Franz Beckenbauer, Germany (64)
Football’s so-called “Kaiser”, Germany’s World Cup hero and statesman. Known to be a strong supporter of a World Cup in England. Possible vote: Indonesia
Nicolás Léoz, Paraguay (81)
The President of CONMEBOL as an Oldest member of the executive and long-serving figure in Central American football. Likely to join the Hispanic bloc in plumping for the Spain-Portugal bid. Possible vote: Indonesia
Rafael Salguero, Guatemala (62)
Another Concacaf member who could be influenced by Warner, but is more likely to be part of the Hispanic bloc vote. Possible vote: USA
Junji Ogura, Japan (71)
With Japan likely to drop out of the running early, England will hope to cash in on his love of Sir Bobby Charlton and Manchester United. Possible vote: Japan
Hany Abou Rida, Egypt (56)
Businessman and member of the African federation and Egyptian FA. Not known to support any bid, but could be sympathetic to England. Possible vote: Indonesia
Amos Adamu, Nigeria (56)
Former teacher and sports administrator, now Nigeria’s director of sports development, so will be well acquainted with FA’s overseas footballing missions. Possible vote: Indonesia
Vitaliy Mutko, Russia (50)
First president of the Russian Premier League, now the country’s Minister for Sport. Big hitter in Russian football, also behind the 2014 Winter Olympic Games in Sochi. Possible vote: Indonesia

Keuntungan Pembinaan Sepak Bola Nasional

Membangun dari awal sistem pembinaan yang benar dari usia 15, 17, 19 dan 21 di semua sentra-sentra yang selama ini menjadi kantong-kantong taletna sepak bola, seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua.

Membangun kompetisi sebagai panglima dalam menelorkan pesepakbola terbaik, dalam sistem pembinaan usia 15, 17, 19 dan 21 khusus untuk sentra-sentra penghasil pemain bertalenta dalam kantong-kantong wilayah penghasil pemain berbakat.

Dalam waktu yang sama, mulai 2010 ini, jika berkiblat ke pembinaan sepak bola Eropa sebagai soko guru prestasi, maka bisa membangun 3 sampai 4 generasi pembinaan untuk mencapai standart pemain yang bisa bermain dalam event internasional, di saat dibutuhkan tim nasional Indonesia ke World Cup 2022.

Yaitu membangun kompetisi U-15, dimana secara pembinaan yang dibantu lewat teknologi, disiapkan untuk bisa menghasilkan 200 sampai 300 pemain berbakat di semua kantong-kantong penghasil pemain bertalenta seperti yang disebutkan di atas. Agar, bisa menghasilkan 4 – 8 pemain yang benar-benar berbakat dalam usia matang saat 2022, yaitu berusia 27 tahun.

Melanjutkan pembangunan kompetisi U-15 musim 2011, sehingga bisa menemukan talenta-talenta (tentunya dibantu oleh para ahli dari pakar-pakar pembinaan dari Belanda, Inggris atau dari Eropa Timur), agar bisa menemukan 4 – 8 pemain yang siap bermain di level-level internasional dalam usia 26 tahun.

Dan, tentunya juga berlanjut membangun kompetisi dari usia dini dari generasi ketiga dan keempat untuk U-15, di tahun 2012 dan 2013, untuk bisa menemukan young guns, di saat menedakati World Cup 2022, dalam usia 18 – 21 tahun.

Setelah generasi pertama 2010 sudah ditemukan dengan berbagai kriteris, dalam bakat – talenta, intelegensi, genetic dan anatomi yang sesuai ukuran-ukuran menemukan bakat. Maka, pihak PSSI sudah menyiapkan kantong-kantong asrama yang mirip seperti Ragunan (bisa juga mirip pesantren modern), dengan fasilitas yang memadai dalam membangun dan mencetak pemain berbakat selama 12 tahun hingga mendapatkan pemain yang dibutuhkan.

Kota-kota yang paling pantas membangun asrama-asrama mirip diklat Ragunan tersebut, adalah Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, Makassar dan Papua. Yang diperkirakan kota-2 tersebut menjadi pilihan sebagai kota-kota yang dipilih membangun infrastruktur, mulai dari stadion, lapangan udara, stasiun kereta, jalan tol dan hotel yang semuanya bertaraf internasional.

Diperkirakan setiap tahun sejak 2011, setelah mendapatkan hasil kompetisi U-15, rata-rata asrama diklat diisi sekitar 30 sampai 32 pemain, untuk dibina dari semua unsure teknis maupun teknis. Dan, setelah mereka sudah bisa dijadikan satu tim atau dua tim dari masing-masing asrama – diklat. Maka pihak PSSI wajib memutar kompetisi ke 10 asrama – diklat ini setiap tahun. Jika dirasa satu musim hanya bisa mendapatkan 20 pertandingan dari mereka, maka dalam kurun waktu lima tahun berikutnya, mereka sudah bisa memutar kompetisi dua kali dalam satu tahun. Agar, pemain-pemain yang sudah terbiasa dalam satu tim, bisa memainkan 40 pertandingan dalam satu tahun.

Ketika pemain dalam asrama – diklat tersebut memasuki usia matang, memasuki kompetisi nasional, yaitu U-19 – U-20. Maka, setiap pemain diberi hak untuk memilih dan bergabung ke klub-klub anggota Badan liga Indonesia, baik Divisi Utama maupun Super Liga Indonesia (yang wajib sudah dibenahi sesuai statuta FIFA dan AFC).

Para pemain yang sudah pantas dalam gelangang kompetisi nasional. Maka, PSSI menindaklanjuti membentuk para pelatih-pelatih yang sudah dipilih PSSI, untuk bertugas memantau semua pemain binaan World Cup 2022, dalam setiap bertanding di kompetisi nasional dipantau terus menerus, yang wajib bekerjasama dengan pelatih klub yang bersangkutan (sebagai aturan baku), agar setiap pemain benar-benar dipantau secara teknik dan non-teknik, melalui data-data komputerisasi, agar terdekteksi sistem taletnt scouting-nya.

Semua yang dibutuhkan membangun infrastruktur pembinaan, dari asrama – diklat, hingga gizi, tidak ada yang hanya berupa halusinasi atau khayalan. Semua unsur yang terkait dalam pembinaan, sudah terukur dan tidak ada ngawur. Dari segi non teknis, ya harus ada dokter-dokter seperti dokter spikologi, dokter gizi, dokter ahli jantung, dokter ahli otot (semuanya dari Indonesia, cukup satu dokter dari luar negeri sebagai konsultan). Dari sisi teknis, dicarikan ahlinya pelatih-pelatih internasional yang memang ahli menemukan pemain berbakat (Eropa Barat, seperti Belanda, Perancis, Jerman atau Eropa Timur dari Rusia, Rep. Ceko atau Serbia), dan PSSI memberi fasilitas kepada pelatih-pelatih lokal yang berbakat melatih anak-anak usia dini sebagai asisten-asistennya di semua kota tersebut di atas.

Untuk masalah anggaran, PSSI dan Pemerintah juga tidak sulit menghitung semua anggaran yang dibutuhkan mulai dari membangun kompetisi (transportasi akomodasi), hingga membangun kantong-kantong asrama – diklat (semuanya bisa dihitung dengan benar), termasuk dalam mengeluarkan dana-dana membayar para ahli berikut fasilitasnya. Jika PSSI dan Pemerintah tak siap, ya cukup sebagai sosok-sosok kebijakan, dan selebihnya dicarikan sosok-sosok profesional untuk bekerja dalam sebuah kerja sinkronisasi super raksasa, yaitu menuju World Cup 2022.

Keuntungan Politik Luar Neger RI (POLHUKKAM)

1.Piala Dunia bukan hanya tentang sepak bola dan industri olahraga, World Cup selalu mampu menembus semua batas-batas yang selama ini tak bisa ditembus akibat masalah ras, suku, agama ataupun primordial apapun.

2.Piala Dunia adalah perwujudan peristiwa budaya yang menyentuh seluruh umat manusia, bermakna amat dalam bagi komunikasi, persahabatan, dan penghargaan antar bangsa.

3.Bersaing dan memiliki peluang yang besar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia (seperti saat ini) merupakan momentum yang sulit didapatkan kembali oleh Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sepertinya, Indonesia MERDEKA kembali, mirip pengalaman tahun 1945. Juga melebihi momentum saat Soekarno mencetuskan KTT Non Blok.

4.Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2022, KITA membuktikan bahwa KITA mampu bangkit dan tampil di percaturan olahraga dunia ,setelah kita kelak mampu menunjukkan prestasi sepak bola Indonesia di SEA Games 2011, 2013, 2015, 2017, 2019, 2021, atau Asian Games 2014, 2018, atau World Cup 2014, 2018 dan juga Olimpiade 2012, 2016, 2020, serta turut aktif membangun pencitrakan bahwa Indonesia adalah negara yang nyaman dan aman, sekaligus mendorong modernisasi bangsa, dalam meningkatkan kapasitas SDM bangsa, serta mendukung promosi kekayaan budaya bangsa, untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Keuntungan Ekonomi Nasional (PEREKONOMIAN)

1.Faktor yang mendorong suatu negara ingin menjadi Tuan Rumah Piala Dunia FIFA karena memperoleh keuntungan yang signifikan bagi ekonomi nasional, bahkan ada yang ingin kembali menjadi tuan rumah seperti, Jepang, Korea Selatan, USA, Jerman, Inggris, Brasil, dan Argentina.

2.Berdasarkan sejarah penyelenggaraan Piala Dunia selalu mendorong negara penyelenggara mendapatkan percepatan pembangunan di berbagai aspek (terutama bagi kota-kota pelaksana pertandingan Piala Dunia itu), karena penyelenggaraan Piala Dunia selalu mendatangkan keuntungan dari segi materi. Sebagai contoh: (a) Jerman di tahun 2006 mengalami kenaikan GDP 1,5 %, investasi mencapai € 6M, impuls di bidang konsumsi € 3M, yang secara keseluruhan mencapai € 40M, serta pencitraan bagi pariwisata Jerman; (b) Korsel di tahun 2002 mendapat keuntungan ekonomi $ 26,9M dan terbuka lapangan kerja sebanyak 3,5 juta tenaga kerja selama persiapan dan penyelenggaraan, dan Jepang keseluruhan mendapatkan untung $ 34M.

3.Dengan hadirnya warganegara dari 7 (tujuh) negara G-8 tentunya akan memberikan impuls ekonomi yang besar bagi Indonesia sebagai negara penyelenggara di tahun 2022. Intinya, ini adalag feature trading bagi para pengusaha-pengusaha lokal yang berbakat dalam menemukan sistem bisnis kreatif di dunia internasional. Agar mereka tidak kalah sebagai pengusaha di negeri sendiri, dengan hadirnya sistem bisnis global.

Keuntungan Kesejahteraan Rakyat (KESRA)

Meningkatkan rasa bangga masyarakat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, khususnya Pemuda Indonesia sejak saat ini (2010) hingga setelah penyelenggaraan pada tahun 2022.

Menguatnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka NKRI.

Memberikan pengalaman berinteraksi bagi banyak Anak Muda Indonesia dengan Warga Dunia, khususnya pemuda yang menjadi Tenaga Relawan.

Meningkatkan taraf hidup rakyat secara langsung maupun tidak langsung melalui peningkatan lapangan kerja yang sangat signifikan sehingga berdampak pada meningkatnya kesejahteraan,
khususnya di wilayah kota penyelenggara.

Meningkatkan kunjungan para wisatawan, tidak hanya di kota-kota penyelenggara bahkan ke tempat-tempat wisata lain di seluruh tanah air.

Indonesia akan memiliki fasilitas stadion bertaraf internasional yang dapat dipergunakan untuk peningkatan prestasi olahraga Indonesia, sehingga Kita dapat berprestasi untuk tingkat ASEAN, Asia, dan Dunia. Bayangkan, jika sampai 2022 nanti, sepertinya kalau tidak ada peristiwa World Cup, mana mungkin pemerintah daerah berinisitif membangun fasilitas-fasilitas internasional, yang tidak hanya menciptakan stadion, tapi juga lapangan udara, pelabuhan kapal laut, stasiun kereta api, jalan tol, hingga hotel-hotel yang siap dibanjiri 10 juta supporter dari 31 negara (di luar tuan rumah).

Diperkirakan akan menyedot tenaga kerja selama 12 tahun ke depan, sekitar 10 juta pekerja, dan setelah peristiwa World Cup selesai digelar di 10 kota besar di Indonesia, akan menghasilkan efisiensi (akibat infrastuktur sudah mamadai) sekaligus keuntungan finansial bagi para pengelola infrastuktur, dan otomatis memberi kontribusi yang luar biasa kepada pemerintah daerah pada khususnya, dan Indonesia (umunya) dalam menggunakan anggaran belanja negara (bisa dialihkan ke kota-kota berikutnya).

Intinya, tuan rumah World Cup itu dipastikan menguntungkan dari semua aspek sosial, ekonomi, ekonomi, dan tentunya bagi perkambangan prestasi sepak bola, dan juga cabang-cabang olahraga lainnya (ikut termotivsi menjadi tuan rumah cabang-cabang olahraga lainnya di level internasional).

Mengapa Harus Indonesia ?

Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk ± 230 juta jiwa (tahun 2022 bisa mencapai 250 juta), bangsa Indonesia butuh momentum untuk bangkit kembali menjadi bangsa yang terpandang di bidang olahraga. Umumnya di antara bangsa-bangsa di Asia (seperti saat kita menjadi penyelenggara GANEFO Tahun 1963 dan Peringkat ke-2 Asian Games Tahun 1964).

Sepak bola adalah olah raga merakyat yang paling populer di Indonesia. Kesempatan langka adalah kesempatan EMAS untuk menunjukkan kepada semua anak muda di Indonesia, bahwa “Dengan persiapan selama 12 tahun oleh masyarakat bersama Pemerintah, sepak bola Indonesia pasti bisa berbicara di tingkat Dunia”, sehingga menciptakan efek bola salju bagi cabang olahraga lain turut meningkatkan prestasinya.

Kita bersama dapat menciptakan sejarah sebagai negara pertama di ASEAN yang menjadi tuan rumah World Cup sebagaimana dukungan yang diberikan oleh Malaysia dan Thailand kepada bangsa Indonesia. Jika ini terwujud, maka apa yang pernah dikatakan Wiel Coerver, mantan pelatih tim nasional akhir 70-an, dan kemudian kembali keliling ke pelosok-pelosok Indonesia tahun 1985, yaitu “Sepak bola Indonesia sudah tertinggal 25 tahun.” Maka, kalau dihitung sampai saat ini, sudah tertinggal 50 tahun. Kalkulasinya, dalam 12 tahun ke depan, Indonesia sudah masuk dalam takaran masuk dalam tim kelas 2 di dunia, dan otomatis menjadi tim kelas satu di Asia, dan akhirnya menjadi tim super elit di kawasan Asia Tenggara.

Semua fakta-fakta dari data FIFA, serta melihat peluang yang sudah di depan mata, sulit mengatakan kalau ada yang mencintai sepak bola, atau pengamat bola, bahkan penggila bola, justru menjadi tuan rumah World Cup 2022 hanya mimpi. Walaupun mimpi itu sehat, asalkan jangan menjadi pemimpi.

Maka, saya katakan bahwa tuan rumah pesta sepak bola dunia ini bukan mimpi, lihatlah faktanya, jangan melihat kulitnya saja dalam menilai, menganalisis sepak bola. Karena, misi, visi lembaga sepak bola dunia – FIFA saja nyaris 100% mendukung Indonesia, koq rakyat Indonesia, presidennya, menteri-menteri yag terkait justru menolak.

Jangan-jangan kita-kita yang merasa penggila, pencita bola ini sangat picik melihat sepak bola sebagai alat kebanggaan negara dan bangsa yang berdaulat.
Tuan Rumah World Cup 2022 Bukan Mimpi

Siklus terpilihnya sebuah negara ditunjuk menjadi tuan rumah World Cup, selalu berputar setiap 30 tahun. Indonesia, yang mendaftarkan diri, nyaris 100% akan terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, jika siklus FIFA konsisten dipakai sebagai pakem. Jika, pemerintah Indonesia, tidak mengeluarkan sehelai surat jaminan sampai Mei 2010 ini, maka Indonesia akan menunggu 42 tahun lagi. Itu pun, pasti akan semakin riuh gebyar kompetisinya dengan negara-negara yang 42 tahun ke depan, lebih siap sebagai tuan rumah ketimbang Indonesia yang mensia-siakan peluang super BERLIAN ini (bukan emas lagi).

Saya sebagai pencinta bola, dalam posisi tidak memihak kepada PSSI, apalagi selama masih ada Nurdin Halid dan kawan-kawan. Namun, saya mencoba memberi pencerahan kepada PSSI (mudah-mudahan ada pergantian secepatnya, seperti yang diisyaratkan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono).

Pilihannya, sepertinya harus fifty-fyfty, PSSI di rezim Nurdin Halid memiliki peluang saat mengajukan tuan rumah World Cup 2022, jika mendapat restu dari Presiden RI, karena terkait dengan tujuh menterinya yang siap mengakomodir semua keperluan sebagai tuan rumah, seperti Menteri PU, Perhubungan, Luar Negeri, Pariwisata, Pemuda - Olahraga, Pendidikan dan Kesehatan dan juga 3 Menko-nya.

Sebaliknya, di saat yang tepat, sepertinya SBY memiliki feeling yang kuat dalam melihat peluang Indonesia sebagai tuan rumah Wolrd Cup 2022 (terbukti PWI Pusat, KONI Pusat dan Menegpora diberi kesempatan bersilahturami dengan komunitas sepak bola Indonesia untuk membuat sarasehan, 23 Maret 2010 nanti di kota Malang), dengan catatan ada pergantian yang elegan di kepengurusan PSSI saat ini.

Jika analisis ini benar, maka rezim Nurdin Halid memang harus keluar dari PSSI, dan setalah itu pihak Pemerintah menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah (belum terlambat, sampai 14 Mei 2010). Sehingga, dalam persiapan ke depannya dalam menyambut Woirld Cup 2022, tidak lagi dipengaruhi pro dan kontra situasi yang sudah super bobrok di PSSI. Dan, otomatis pengurus PSSI yang baru, benar-benar membuka lembaran pembinaan, kompetisi dan prestasinya sudah dimulai dari NOL Besar, hingga merangkak menjadi satu, dua, tiga langkah ke depan secara bersih, benar dan rapi dalam manajemen organisasi sepak bola nasional ini.

Mari kita hitung siklus tuan rumah World Cup berikut ini : Ketika tahun 2014, Brasil ditunjuk menjadi HOST, maka aturan FIFA, Negara seperti Meksiko dan USA (satu benua) peluangnya sangat kecil untuk tahun 2022. Negara Qatar, dengan jumlah penduduk dan wilayah kecil, serta suhu yang sangat tinggi pada Juni 2022, semakin memperkecil peluangnya memilih negara Asia Tengah ini. Sedangkan tahun 2018, sepertinya hanya milik anggota UEFA, dan Inggris merupakan calon terkuat sesuai aturan FIFA, otomatis calon negara Eropa lainnya, akan gugur dalam memperebutkan jatah di tahun 2022. Mereka ini adalah: duet Spanyol-Portugal, duet Belanda-Belgia, dan Rusia.

Dengan demikian tahun 2022, hanya milik negara anggota AFC, yaitu Jepang dan Korea dipastikan tak mungkin terpilih dan hanya berpeluang kecil dari Asia, karena pernah menjadi tuan rumah bersama tahun 2002. Sesuai motto FIFA “For the Game, For the World”. Sedangkan, tetangga kita - Australia, selain sepak bola belum terlalu populer, juga memliki suhu rendah pada saat Juni – Juli 2022 (musim dingan), ini juga berpeluang sangat kecil bisa dipilih FIFA.

Prasyarat FIFA proses Bidding
Time Line BIDDING PROCESS

a) 02 Februari 2009 : Batas waktu pengiriman pengajuan Tuan Rumah PIALA DUNIA 2022
b) 16 Februari 2009 : FIFA mengirimkan form pengajuan tuan rumah kepada asosiasi negara yang sudah mengajukan.
c) 16 Maret 2009 : Batas waktu pengiriman form yang telah terisi (dilampiri: dokumen pelengkap sesuai permintaan FIFA) kepada FIFA.
d) April 2009 : Pendistribusian bidding agreement (perjanjian penawaran), hosting agreement (perjanjian penyelenggaraan) dan dokumen lainnya dari FIFA.
e) 11 Desember 2009 : Batas waktu pengiriman bidding agreement yang telah ditandatangani.
f) 14 Mei 2010 : Verifikasi dokumen penawaran oleh FIFA, penandatanganan persetujuan tuan rumah dan dokumen lainnya.
g) 20 Desember 2010 : Penetapan tuan rumah PIALA DUNIA 2018 & 2022

Sampai proses jadwal bidding ini, Indonesia masih belum gugur dalam melakukan prasyarat yang diinginkan FIFA.

Dukungan Internasional
Presiden FIFA Joseph Sepp Blatter “Indonesia bisa jadi contoh. Negara yang besar, memiliki 230 juta penduduk, fanatik terhadap sepak bola, serius mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Fantastis!” (Swiss, 24 Agustus 2009).

Presiden AFC dan Anggota Exco FIFA - M. Hammam Abdulla tetap berkomitmen memperjuangkan Indonesia dalam persaingan perebutan tuan rumah Piala Dunia 2022. (Kuala Lumpur, 7 Mei 2009).

Dukungan masyarakat AFSEL dan mancanegara saat MSBI mengkampanyekan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 di Piala Konfederasi AFSEL Juni 2009

Presiden CONMEBOL dan Anggota Exco FIFA, Leoz Nicolas bersimpati dan berjanji mendukung pengajuan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, karena memiliki sejarah sepak bola yang panjang. Serta menyebarluaskan ke seluruh anggota Conmebol, dan melobi Anggota Exco FIFA lainnya yang berasal dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Presiden FIFA Joseph S. Blatter dan wakil presiden senior FIFA Julio H. Grondona (Asuncion-Paraguay, 8 Sep 2009

HOST COUNTRY untuk WORLD CUP ditentukan oleh EXECUTIVE COMMITTEE FIFA melalui suatu SINGLE TRANSFERABLE VOTE SYSTEM dalam proses BIDDING

Perhitungan dukungan suara yang sudah dilakukan FIFA World Cup 2022
Indonesia (14 suara), USA (3), Australia (2), Jepang (1), Kores Selatan (1), Qatar (0), Tak Memilih/absen (3)

Sepp Blatter, Switzerland (age 73)
Mercurial, controversial ... but the FIFA President has the ultimate power over Member of AFC’s bid to stage the 2022 World Cup. Possible vote: Indonesia
Michel Platini, France (54)
UEFA President and regular critic of Barclays Premier League’s riches. Knows the premium value of a World Cup in England, though, and might give his blessing. Possible vote: unknown
Julio Humberto Grondona, Argentina (78)
South American football grandee, 30 years as president of the Argentine association, Blatter’s senior vice-president. Possible vote: Indonesia
Reynald Temarii, Tahiti (42)
President of OFC. The vote of the new Fifa vice-president could be up for grabs. Possible vote: Australia
Chung Mong Joon, South Korea (58)
Businessman and politician. Fifa vice-president keen on football philanthropy, so might be impressed by the FA’s global charity work. Possible vote: Korea
Geoff Thompson, England (64)
Former FA chairman, now a 2018 bid board member and a Fifa vice-president. A canny politician behind the closed doors of football’s ruling elite. Possible vote: Australia
Issa Hayatou, Cameroon (63)
Nineteen-year term on Fifa executive and key official in African football circles as the President of CAF. Will want FA to keep pushing its programme of football aid in Africa. Possible vote: Indonesia
Michel D’Hooghe, Belgium (63)
President of Club Bruges, he could be swayed if the bid from Belgium-Netherlands drops out in the first round. Possible vote: Indonesia
Jack Warner, Trinidad & Tobago (66)
Infamous Fifa vice-president and powerful President of CONCACAF angered by bad publicity in England. Possible vote: USA
Ricardo Terra Teixeira, Brazil (62)
The president of the Brazilian confederation is likely to want Portugal to inherit from Brazil four years on. Possible vote: Indonesia
Ángel María Villar Llona, Spain (59)
President of the Spanish FA, so has his mind made up. If that bid fails at first hurdle, might favour England. Possible vote: unknown
Mohamed bin Hammam, Qatar (60)
President of AFC Powerful voice, leading growth of Asian football. England on alert that he will be looking for support for Indonesia for 2022. Possible vote: Indonesia
Senes Erzik, Turkey (age 67)
Honorary president of the Turkish FA, with fond memories of Euro ’96 in England. One for England to convince. Possible vote: Indonesia
Marios Lefkaritis, Cyprus (62)
Business entrepeneur and honorary president of Cypriot FA with a passion for football. No allegiances, so ready to be persuaded by bid candidates. Possible vote: unknown
Chuck Blazer, United States (64)
General secretary of Concacaf, of which Jack Warner is president, so will need wooing away from Warner’s anti-England position. Possible vote: USA
Jacques Anouma, Ivory Coast (57)
President of Ivorian FA who could bring an open mind to voting. Could go with an African bloc vote, though, which might favour England. Possible vote: Indonesia
Worawi Makudi, Thailand (57)
Has served 12 years on Fifa executive and, as general secretary of Thai FA, could be swayed towards Japan’s case to support his region. Possible vote: Indonesia
Franz Beckenbauer, Germany (64)
Football’s so-called “Kaiser”, Germany’s World Cup hero and statesman. Known to be a strong supporter of a World Cup in England. Possible vote: Indonesia
Nicolás Léoz, Paraguay (81)
The President of CONMEBOL as an Oldest member of the executive and long-serving figure in Central American football. Likely to join the Hispanic bloc in plumping for the Spain-Portugal bid. Possible vote: Indonesia
Rafael Salguero, Guatemala (62)
Another Concacaf member who could be influenced by Warner, but is more likely to be part of the Hispanic bloc vote. Possible vote: USA
Junji Ogura, Japan (71)
With Japan likely to drop out of the running early, England will hope to cash in on his love of Sir Bobby Charlton and Manchester United. Possible vote: Japan
Hany Abou Rida, Egypt (56)
Businessman and member of the African federation and Egyptian FA. Not known to support any bid, but could be sympathetic to England. Possible vote: Indonesia
Amos Adamu, Nigeria (56)
Former teacher and sports administrator, now Nigeria’s director of sports development, so will be well acquainted with FA’s overseas footballing missions. Possible vote: Indonesia
Vitaliy Mutko, Russia (50)
First president of the Russian Premier League, now the country’s Minister for Sport. Big hitter in Russian football, also behind the 2014 Winter Olympic Games in Sochi. Possible vote: Indonesia

Keuntungan Pembinaan Sepak Bola Nasional

Membangun dari awal sistem pembinaan yang benar dari usia 15, 17, 19 dan 21 di semua sentra-sentra yang selama ini menjadi kantong-kantong taletna sepak bola, seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua.

Membangun kompetisi sebagai panglima dalam menelorkan pesepakbola terbaik, dalam sistem pembinaan usia 15, 17, 19 dan 21 khusus untuk sentra-sentra penghasil pemain bertalenta dalam kantong-kantong wilayah penghasil pemain berbakat.

Dalam waktu yang sama, mulai 2010 ini, jika berkiblat ke pembinaan sepak bola Eropa sebagai soko guru prestasi, maka bisa membangun 3 sampai 4 generasi pembinaan untuk mencapai standart pemain yang bisa bermain dalam event internasional, di saat dibutuhkan tim nasional Indonesia ke World Cup 2022.

Yaitu membangun kompetisi U-15, dimana secara pembinaan yang dibantu lewat teknologi, disiapkan untuk bisa menghasilkan 200 sampai 300 pemain berbakat di semua kantong-kantong penghasil pemain bertalenta seperti yang disebutkan di atas. Agar, bisa menghasilkan 4 – 8 pemain yang benar-benar berbakat dalam usia matang saat 2022, yaitu berusia 27 tahun.

Melanjutkan pembangunan kompetisi U-15 musim 2011, sehingga bisa menemukan talenta-talenta (tentunya dibantu oleh para ahli dari pakar-pakar pembinaan dari Belanda, Inggris atau dari Eropa Timur), agar bisa menemukan 4 – 8 pemain yang siap bermain di level-level internasional dalam usia 26 tahun.

Dan, tentunya juga berlanjut membangun kompetisi dari usia dini dari generasi ketiga dan keempat untuk U-15, di tahun 2012 dan 2013, untuk bisa menemukan young guns, di saat menedakati World Cup 2022, dalam usia 18 – 21 tahun.

Setelah generasi pertama 2010 sudah ditemukan dengan berbagai kriteris, dalam bakat – talenta, intelegensi, genetic dan anatomi yang sesuai ukuran-ukuran menemukan bakat. Maka, pihak PSSI sudah menyiapkan kantong-kantong asrama yang mirip seperti Ragunan (bisa juga mirip pesantren modern), dengan fasilitas yang memadai dalam membangun dan mencetak pemain berbakat selama 12 tahun hingga mendapatkan pemain yang dibutuhkan.

Kota-kota yang paling pantas membangun asrama-asrama mirip diklat Ragunan tersebut, adalah Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, Makassar dan Papua. Yang diperkirakan kota-2 tersebut menjadi pilihan sebagai kota-kota yang dipilih membangun infrastruktur, mulai dari stadion, lapangan udara, stasiun kereta, jalan tol dan hotel yang semuanya bertaraf internasional.

Diperkirakan setiap tahun sejak 2011, setelah mendapatkan hasil kompetisi U-15, rata-rata asrama diklat diisi sekitar 30 sampai 32 pemain, untuk dibina dari semua unsure teknis maupun teknis. Dan, setelah mereka sudah bisa dijadikan satu tim atau dua tim dari masing-masing asrama – diklat. Maka pihak PSSI wajib memutar kompetisi ke 10 asrama – diklat ini setiap tahun. Jika dirasa satu musim hanya bisa mendapatkan 20 pertandingan dari mereka, maka dalam kurun waktu lima tahun berikutnya, mereka sudah bisa memutar kompetisi dua kali dalam satu tahun. Agar, pemain-pemain yang sudah terbiasa dalam satu tim, bisa memainkan 40 pertandingan dalam satu tahun.

Ketika pemain dalam asrama – diklat tersebut memasuki usia matang, memasuki kompetisi nasional, yaitu U-19 – U-20. Maka, setiap pemain diberi hak untuk memilih dan bergabung ke klub-klub anggota Badan liga Indonesia, baik Divisi Utama maupun Super Liga Indonesia (yang wajib sudah dibenahi sesuai statuta FIFA dan AFC).

Para pemain yang sudah pantas dalam gelangang kompetisi nasional. Maka, PSSI menindaklanjuti membentuk para pelatih-pelatih yang sudah dipilih PSSI, untuk bertugas memantau semua pemain binaan World Cup 2022, dalam setiap bertanding di kompetisi nasional dipantau terus menerus, yang wajib bekerjasama dengan pelatih klub yang bersangkutan (sebagai aturan baku), agar setiap pemain benar-benar dipantau secara teknik dan non-teknik, melalui data-data komputerisasi, agar terdekteksi sistem taletnt scouting-nya.

Semua yang dibutuhkan membangun infrastruktur pembinaan, dari asrama – diklat, hingga gizi, tidak ada yang hanya berupa halusinasi atau khayalan. Semua unsur yang terkait dalam pembinaan, sudah terukur dan tidak ada ngawur. Dari segi non teknis, ya harus ada dokter-dokter seperti dokter spikologi, dokter gizi, dokter ahli jantung, dokter ahli otot (semuanya dari Indonesia, cukup satu dokter dari luar negeri sebagai konsultan). Dari sisi teknis, dicarikan ahlinya pelatih-pelatih internasional yang memang ahli menemukan pemain berbakat (Eropa Barat, seperti Belanda, Perancis, Jerman atau Eropa Timur dari Rusia, Rep. Ceko atau Serbia), dan PSSI memberi fasilitas kepada pelatih-pelatih lokal yang berbakat melatih anak-anak usia dini sebagai asisten-asistennya di semua kota tersebut di atas.

Untuk masalah anggaran, PSSI dan Pemerintah juga tidak sulit menghitung semua anggaran yang dibutuhkan mulai dari membangun kompetisi (transportasi akomodasi), hingga membangun kantong-kantong asrama – diklat (semuanya bisa dihitung dengan benar), termasuk dalam mengeluarkan dana-dana membayar para ahli berikut fasilitasnya. Jika PSSI dan Pemerintah tak siap, ya cukup sebagai sosok-sosok kebijakan, dan selebihnya dicarikan sosok-sosok profesional untuk bekerja dalam sebuah kerja sinkronisasi super raksasa, yaitu menuju World Cup 2022.

Keuntungan Politik Luar Neger RI (POLHUKKAM)

1.Piala Dunia bukan hanya tentang sepak bola dan industri olahraga, World Cup selalu mampu menembus semua batas-batas yang selama ini tak bisa ditembus akibat masalah ras, suku, agama ataupun primordial apapun.

2.Piala Dunia adalah perwujudan peristiwa budaya yang menyentuh seluruh umat manusia, bermakna amat dalam bagi komunikasi, persahabatan, dan penghargaan antar bangsa.

3.Bersaing dan memiliki peluang yang besar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia (seperti saat ini) merupakan momentum yang sulit didapatkan kembali oleh Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sepertinya, Indonesia MERDEKA kembali, mirip pengalaman tahun 1945. Juga melebihi momentum saat Soekarno mencetuskan KTT Non Blok.

4.Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2022, KITA membuktikan bahwa KITA mampu bangkit dan tampil di percaturan olahraga dunia ,setelah kita kelak mampu menunjukkan prestasi sepak bola Indonesia di SEA Games 2011, 2013, 2015, 2017, 2019, 2021, atau Asian Games 2014, 2018, atau World Cup 2014, 2018 dan juga Olimpiade 2012, 2016, 2020, serta turut aktif membangun pencitrakan bahwa Indonesia adalah negara yang nyaman dan aman, sekaligus mendorong modernisasi bangsa, dalam meningkatkan kapasitas SDM bangsa, serta mendukung promosi kekayaan budaya bangsa, untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Keuntungan Ekonomi Nasional (PEREKONOMIAN)

1.Faktor yang mendorong suatu negara ingin menjadi Tuan Rumah Piala Dunia FIFA karena memperoleh keuntungan yang signifikan bagi ekonomi nasional, bahkan ada yang ingin kembali menjadi tuan rumah seperti, Jepang, Korea Selatan, USA, Jerman, Inggris, Brasil, dan Argentina.

2.Berdasarkan sejarah penyelenggaraan Piala Dunia selalu mendorong negara penyelenggara mendapatkan percepatan pembangunan di berbagai aspek (terutama bagi kota-kota pelaksana pertandingan Piala Dunia itu), karena penyelenggaraan Piala Dunia selalu mendatangkan keuntungan dari segi materi. Sebagai contoh: (a) Jerman di tahun 2006 mengalami kenaikan GDP 1,5 %, investasi mencapai € 6M, impuls di bidang konsumsi € 3M, yang secara keseluruhan mencapai € 40M, serta pencitraan bagi pariwisata Jerman; (b) Korsel di tahun 2002 mendapat keuntungan ekonomi $ 26,9M dan terbuka lapangan kerja sebanyak 3,5 juta tenaga kerja selama persiapan dan penyelenggaraan, dan Jepang keseluruhan mendapatkan untung $ 34M.

3.Dengan hadirnya warganegara dari 7 (tujuh) negara G-8 tentunya akan memberikan impuls ekonomi yang besar bagi Indonesia sebagai negara penyelenggara di tahun 2022. Intinya, ini adalag feature trading bagi para pengusaha-pengusaha lokal yang berbakat dalam menemukan sistem bisnis kreatif di dunia internasional. Agar mereka tidak kalah sebagai pengusaha di negeri sendiri, dengan hadirnya sistem bisnis global.

Keuntungan Kesejahteraan Rakyat (KESRA)

Meningkatkan rasa bangga masyarakat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, khususnya Pemuda Indonesia sejak saat ini (2010) hingga setelah penyelenggaraan pada tahun 2022.

Menguatnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka NKRI.

Memberikan pengalaman berinteraksi bagi banyak Anak Muda Indonesia dengan Warga Dunia, khususnya pemuda yang menjadi Tenaga Relawan.

Meningkatkan taraf hidup rakyat secara langsung maupun tidak langsung melalui peningkatan lapangan kerja yang sangat signifikan sehingga berdampak pada meningkatnya kesejahteraan,
khususnya di wilayah kota penyelenggara.

Meningkatkan kunjungan para wisatawan, tidak hanya di kota-kota penyelenggara bahkan ke tempat-tempat wisata lain di seluruh tanah air.

Indonesia akan memiliki fasilitas stadion bertaraf internasional yang dapat dipergunakan untuk peningkatan prestasi olahraga Indonesia, sehingga Kita dapat berprestasi untuk tingkat ASEAN, Asia, dan Dunia. Bayangkan, jika sampai 2022 nanti, sepertinya kalau tidak ada peristiwa World Cup, mana mungkin pemerintah daerah berinisitif membangun fasilitas-fasilitas internasional, yang tidak hanya menciptakan stadion, tapi juga lapangan udara, pelabuhan kapal laut, stasiun kereta api, jalan tol, hingga hotel-hotel yang siap dibanjiri 10 juta supporter dari 31 negara (di luar tuan rumah).

Diperkirakan akan menyedot tenaga kerja selama 12 tahun ke depan, sekitar 10 juta pekerja, dan setelah peristiwa World Cup selesai digelar di 10 kota besar di Indonesia, akan menghasilkan efisiensi (akibat infrastuktur sudah mamadai) sekaligus keuntungan finansial bagi para pengelola infrastuktur, dan otomatis memberi kontribusi yang luar biasa kepada pemerintah daerah pada khususnya, dan Indonesia (umunya) dalam menggunakan anggaran belanja negara (bisa dialihkan ke kota-kota berikutnya).

Intinya, tuan rumah World Cup itu dipastikan menguntungkan dari semua aspek sosial, ekonomi, ekonomi, dan tentunya bagi perkambangan prestasi sepak bola, dan juga cabang-cabang olahraga lainnya (ikut termotivsi menjadi tuan rumah cabang-cabang olahraga lainnya di level internasional).

Mengapa Harus Indonesia ?

Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk ± 230 juta jiwa (tahun 2022 bisa mencapai 250 juta), bangsa Indonesia butuh momentum untuk bangkit kembali menjadi bangsa yang terpandang di bidang olahraga. Umumnya di antara bangsa-bangsa di Asia (seperti saat kita menjadi penyelenggara GANEFO Tahun 1963 dan Peringkat ke-2 Asian Games Tahun 1964).

Sepak bola adalah olah raga merakyat yang paling populer di Indonesia. Kesempatan langka adalah kesempatan EMAS untuk menunjukkan kepada semua anak muda di Indonesia, bahwa “Dengan persiapan selama 12 tahun oleh masyarakat bersama Pemerintah, sepak bola Indonesia pasti bisa berbicara di tingkat Dunia”, sehingga menciptakan efek bola salju bagi cabang olahraga lain turut meningkatkan prestasinya.

Kita bersama dapat menciptakan sejarah sebagai negara pertama di ASEAN yang menjadi tuan rumah World Cup sebagaimana dukungan yang diberikan oleh Malaysia dan Thailand kepada bangsa Indonesia. Jika ini terwujud, maka apa yang pernah dikatakan Wiel Coerver, mantan pelatih tim nasional akhir 70-an, dan kemudian kembali keliling ke pelosok-pelosok Indonesia tahun 1985, yaitu “Sepak bola Indonesia sudah tertinggal 25 tahun.” Maka, kalau dihitung sampai saat ini, sudah tertinggal 50 tahun. Kalkulasinya, dalam 12 tahun ke depan, Indonesia sudah masuk dalam takaran masuk dalam tim kelas 2 di dunia, dan otomatis menjadi tim kelas satu di Asia, dan akhirnya menjadi tim super elit di kawasan Asia Tenggara.

Semua fakta-fakta dari data FIFA, serta melihat peluang yang sudah di depan mata, sulit mengatakan kalau ada yang mencintai sepak bola, atau pengamat bola, bahkan penggila bola, justru menjadi tuan rumah World Cup 2022 hanya mimpi. Walaupun mimpi itu sehat, asalkan jangan menjadi pemimpi.

Maka, saya katakan bahwa tuan rumah pesta sepak bola dunia ini bukan mimpi, lihatlah faktanya, jangan melihat kulitnya saja dalam menilai, menganalisis sepak bola. Karena, misi, visi lembaga sepak bola dunia – FIFA saja nyaris 100% mendukung Indonesia, koq rakyat Indonesia, presidennya, menteri-menteri yag terkait justru menolak.

Jangan-jangan kita-kita yang merasa penggila, pencita bola ini sangat picik melihat sepak bola sebagai alat kebanggaan negara dan bangsa yang berdaulat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar